A.
Pendahuluan
Ada beberapa hal penting yang terkait
dengan pelaksanaan PTRK,
karena itulah hal-hal tersebut
diposisikan sebagai komponen
PTRK yang juga erat kaitannya
dengan sistematika laporan
PTRK. Komponen-komponen dimaksud
adalah: masalah, kajian/tinjauan
pustaka, hasil/temuan, pembahasan,
kesimpulan dan saran, yang akan
dipaparkan berikut ini disertai dengan
paparan tentang daftar pustaka.
B. Masalah dalam PTRK
1. Menemukan Masalah
Beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk menemukan masalah (problem finding) yang juga merupakan tindakan ”diagnosis” adalah:
a. Merenunglah
Setiap hari guru menemukan
berbagai masalah dalam pembelajaran.
Karena itu, pada dasarnya tidak ada alasan bagi peneliti – termasuk
mahasiswa calon guru yang sudah berkomu-nikasi dengan guru di sekolah, atau
bahkan ia sendiri merupakan guru di sekolah itu sendiri – untuk tidak dapat
menemukan masalah untuk PTRK.
b. Berdiskusilah
Jika masih mengalami kebingungan,
konsul-tasikanlah kepada orang yang mempunyai kompetensi untuk itu seperti teman
sesama guru, pimpinan sekolah, pengawas, atau bagi mahasiswa calon guru,
berdiskusilah dengan guru, teman sesama mahasiswa, dosen Penasehat Akademik
atau dosen mata kuliah terkait.
c.
Berfikirlah tentang Apa yang Dapat Diperbaiki
Beberapa
pertanyaan yang dapat diajukan untuk menemukan masalah/fokus penelitian adalah
sebagai berikut:
1)
Saya
ingin memperbaiki … (I would like to improve ...)
2)
Beberapa orang siswa tidak menyukai … (Some students are unhappy about ...)
3)
Saya sungguh merasa aneh
mengenai … (I'm really
curious abou t...)
4)
Saya ingin mempelajari lebih
lanjut mengenai … (I want to
learn more about ...)
5) Ada sesuatu yang
saya fikir dapat dilakukan untuk membuat perubahan yaitu … (Something I think would really make a difference
is ...)
6) Yang dapat saya perbuat untuk melakukan perubahan adalah … (Some I would like to do to change is ...)
7) Pada saat sekarang, ada
beberapa hal yang sangat menarik bagi saya yaitu … (Right now, some areas I'm particularly interested in are ...)
8)
Saya
dipusingkan oleh … (I am perplexed by ...)
9)
Suatu ide
akan saya cobakan di kelas saya yaitu … (An idea I would like to try out in my class
is ...)
Karena kegiatan Pra PTRK pada
dasarnya adalah juga kegiatan refleksi, maka ada beberapa pertanyaan untuk melakukan
refleksi dimaksud, yaitu:
1)
As you think about your teaching, how do
you know when something really went well? What do you feel you are good at? How did you
get good at it?
2) As you
think about your work, what stands out? Briefly,
how would you describe yourself as a teacher?
3) What role do your feelings and intuitions
play in the way you think about teaching? What intrigues you about teaching, learning,
and students? What are you working on
now?
4) What dilemmas and problems are you facing
in your work? How might we approach
working on solving these?
5) What would you like to know more about when
it comes to teaching your grade level or subject area?
Kemmis &
Taggart menyarankan refleksi dengan 3 urutan pertanyaan berikut ini:
1) Apa yang sekarang terjadi di kelas saya (What happen in my class)?
2) Dalam hal apa kejadian itu merupakan suatu
masalah (In what condition, it can be a problem)?
3) Apa yang dapat dilakukan untuk
memecahkannya (What can I do to solve the
problem)?
Pertanyaan-pertanyaan reflektif (reflective questions) di atas lebih
rinci dapat dilihat dari pendapat Jack Whitehead & Jean McNiff berikut ini:
1) Apa yang menjadi fokus perhatian saya (What concerns me)?
2) Mengapa saya memperhatikannya (Why am I concerned)?
3) Bisakah persepsi saya tentang hal tersebut
dikonfirmasi (Can I confirm my perception)?
4) Kekeliruan apa yang telah saya buat (What mistakes have I made)?
5) Jika saya melakukan hal tersebut lagi,
perbedaan apa yang dapat saya buat (If I
were able to do it again, what would I do differently)?
6) Pilihan tindakan apa yang saya punya (What are my current options)?
7) Bukti apa yang harus saya kumpulkan untuk
mengkonfirmasi apa yang saya rasakan (What
evidence can I collect to confirm my feelings)?
8) Siapa saja yang dapat saya ajak untuk berbagi
pendapat (Who might be willing to share
their ideas with me)?
9) Apa yang pernah saya kerjakan dengan sukses (What have been my successes)?
10) Bagaimana caranya mengulang sukses tersebut (How might I replicate these successes)?
11) Bagaimana cara lain untu memperbaiki sekolah
saja (In what other ways might I improve
my school)?
b. Berfikirlah dalam Konteks Masalah
Pembelajaran
Masalah
pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi:
1) Masalah
Proses Pembelajaran
Contoh: Siswa kurang termotivasi,
siswa tidak mengerjakan tugas yang diminta, siswa mencontek/ bekerja sama saat
ulangan, dll.
2) Masalah Hasil Pembelajaran
Nilai rata-rata kelas tidak
mencapai ketuntasan, beberapa siswa tidak
mencapai KKM, kemampuan siswa membaca al-Qur’an
tidak maksimal, dll.
c. Fikirkan Sesuatu yang Layak (Feasible)
untuk Dipecahkan
Masalah diluar konteks kewenangan
guru dalam pembelajaran pada dasarnya tidak layak untuk diteliti. Misalkan: masalah kekurangan buku, cukup
dilakukan pembelian buku oleh pimpinan sesuai anggaran sekolah, maka masalahnya
sudah teratasi tanpa perlu melakukan PTRK.
Selain itu masalah yang diluar
kemampuan guru untuk mengatasinya seperti suasana kelas yang bising akibat
berdekatan dengan pabrik, juga pada dasarnya bukan wewenang guru untuk
mengatasinya.
d. Pilihlah Masalah yang Strategis
Contoh masalah yang strategis
adalah kekurang-mampuan siswa dalam membaca al-Qur’an. Hal ini strategis mengingat kemampuan membaca
al-Qur’an menjadi dasar bagi banyak materi pelajaran PAI lainnya. Selain itu kurangnya motivasi belajar juga merupakan
masalah yang strategis, karena terkait dengan dampaknya terhadap proses dan
hasil belajar siswa.
e.
Pilihlah Masalah yang Tidak Terlalu Luas dan Terlalu
Sempit
Masalah yang
terlalu luas mengakibatkan waktu, tenaga, dan biaya yang diperlukan untuk
mengatasinya menjadi lebih besar.
Walaupun keluasan itu bersifat relatif (untuk mahasiswa calon guru standardnya
adalah 6 bulan atau 1 semester), namun jika guru merasa tidak memiliki sumber
daya yang cukup untuk menyelesaikannya, maka dapat dikatakan bahwa masalah
tersebut terlalu luas bagi guru/calon guru yang bersangkutan. Sedangkan
masalah yang terlalu sempit menjadi terlalu mudah untuk dikerjakan dan
seringkali kehilangan nilai keberartiannya.
f.
Pilihlah
Masalah yang Disenangi
Mengerjakan sesuatu yang
disenangi tentulah menimbulkan motivasi yang lebih baik dan pada giliran
berikutnya dapat meningkatkan daya upaya, dan hasil yang dicapai. Oleh karena itulah, maka masalah yang dipilih
adalah masalah yang disenangi oleh peneliti.
2.
Identifikasi,
Pembatasan, dan Perumusan Masalah
a.
Identifikasi
Masalah (Problem Identification)
Identifikasi
masalah yang dimaksudkan disini sebenarnya adalah “identifikasi penyebab
timbulnya masalah”. Jika diperhatikan
dalam konteks sistem, maka 2 kelompok masalah pembelajaran – proses dan hasil –
sebenarnya memiliki hubungan kausal, termasuk
juga dengan input-nya sebagaimana
yang digambar-kan berikut ini.
Jadi, bila
masalah yang dihadapi adalah hasil pembelajaran, maka perlu dikaji penyebabnya
dari proses pembelajaran atau input
pembelajaran (jika perlu). Namun jika masalahnya terkait dengan proses
pembelajaran, maka harus dikaji penyebabnya dari input-input pembelajaran baik yang berupa: Siswa (Raw Input),
Lingkungan (Environmental Input), maupun input yang bersifat instrumen (Instrumental Input).
b. Pembatasan Masalah (Problem Focusing)
Karena dapat begitu kompleksnya
penyebab suatu masalah, maka peneliti harus memilih untuk menangani salah satunya
saja dengan cara:
1)
Susun
skala prioritas penanganan penyebab timbulnya masalah berdasarkan dampak,
tingkat kepentingan, nilai strategis, atau nilai prasyarat.
2)
Tentukan
penyebab masalah yang mana yang harus diutamakan penanganannya.
3)
Ajukan
tawaran solusi/penanganannya.
4) Berikan
alasan rasional (relevansinya) mengapa solusi dimaksud yang ditawarkan. Hal ini penting, karena jika tidak maka
tindakan yang dilakukan tidak lebih hanya sebagai pembelajaran biasa (standard) saja, bukan PTRK.
c. Perumusan Masalah (Problem Defining)
Tuliskan masalah baik dalam
bentuk:
1) Pertanyaan atau
2) Pernyataan,
yang
mencakup minimal: tujuan umum dan upaya yang dilakukan. Selain itu pada perumusan masalah juga dapat
ditambahkan populasi penelitian, lokasi penelitian, serta waktu penelitian.
C. Kajian/Tinjauan
Pustaka
Kajian/Tinjauan pustaka pada
dasarnya merupakan suatu rangkaian kegiatan “prognosis” yang berguna untuk:
1. Melakukan analisis secara tajam.
2.
Menjustifikasi perlakuan (treatment) yang dibe-rikan.
Tujuannya adalah untuk memberikan
keyakinan bahwa apa yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah/professional. Hal ini
penting, agar PTRK yang dilakukan tidak sekedar sebagai pembelajaran standard
(biasa) sebagaimana yang telah disebutkan sebelum ini.
Komponen
dari kajian/tinjauan pustaka adalah:
1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan.
2.
Teori-teori.
3. Konsep peneliti.
4. Hipotesis.
Komponen 3
dan 4 di atas, dirumuskan berdasarkan pada komponen 1 dan 2.
Sedikit
berbeda dengan kajian pustaka dimana teori-teori yang mendasari penelitian
cukup kuat (sebagaimana pada Theory
Driven Classroom Action Research), maka tinjauan pustaka pada dasarnya
tidak memiliki dasar teori yang cukup kuat atau bahkan tidak ada sama sekali. Dengan demikian, tinjauan pustaka lebih banyak
didasarkan pada konsep peneliti mengenai data yang telah didapat/berdasarkan pada
pengalamannya (sebagaimana pada Data
Driven Classroom Action Research).
Pustaka yang
dimaksud secara harfiah berarti buku.
Buku yang dimaksudkan dalam hal ini tidak hanya berupa buku sebagaimana
dikenal selama ini, tetapi juga mencakup makalah, majalah, bulletin, jurnal, bahkan termasuk electronic/virtual book yang bisa didapat
melalui internet.
D. Rencana
Tindakan dan Metode Penelitian PTRK
- Rencana Tindakan
Rencana
Tindakan diperlukan sebagai suatu analisis yang dilakukan secara seksama
mengenai cara mengatasi masalah.
Fungsinya adalah sebagai acuan dalam mengatasi masalah yang dihadapi
dalam pembelajaran. Tujuannya adalah
agar upaya mengatasi masalah dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Penuangannya
dapat dilakukan dengan cara:
a. Eksplisit dan detail jika peneliti merasa
yakin (Umumnya pada Quantitative Classroom Action Research).
b.
Eksplisit tetapi tidak detail, karena detailnya akan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi (Umumnya pada Mixed Approach atau Quantitative-Qualitative
Classroom Action Research).
c.
Tidak eksplisit karena peneliti
tidak merasa yakin
dengan situasi dan kondisi yang akan
dihadapi (Umumnya pada Qualitative Class-room Action Research).
2.
Metode
Penelitian
Metode penelitian adalah prosedur
yang ditempuh untuk memecahkan masalah penelitian. Secara formal, komponen-komponennya diberi
nama sesuai dengan pendekatan penelitian yang digunakan, baik itu pendekatan
kuantitatif, kualitatif, atau gabungan keduanya.
3.
Rencana Tindakan
sebagai Reduksi Metode Pene-litian
Dengan memperhatikan uraian pada
poin 1 dan 2 di atas, dapat diketahui bahwa rencana tindakan sebenarnya adalah
metode penelitian dalam format yang berbeda dari yang selama ini dikenal dalam
penelitian formal (formal research).
Karena uraiannya lebih aplikatif dan sederhana, maka
dapat dikatakan bahwa rencana tindakan adalah reduksi dari metode dalam PTRK.
E. Hasil/Temuan PTRK
Hasil/Temuan PTRK
dipaparkan per cycle, yang dapat
memuat:
1.
Display Data
a.
Visual: Tabel, Grafik, Diagram, dll.
b.
Hasil-hasil yang Otentik: Karangan Siswa,
Gambar/Lukisan, Karya Siswa, Photo Proyek yang Dilakukan Siswa, dll.
2.
Analisis
a.
Kuantitatif
Analisis secara kuantitatif menggunakan mate-matika/statistika
yang lebih bersifat deskriptif dibandingkan inferensial karena PTRK cende-rung
berupa sensus (menggunakan populasi) dibandingkan survei (menggunakan
sampel).
Matematika/Statistika
yang digunakan terutama dalam konteks PTRK sebagaimana dimaksudkan dalam Petunjuk
Praktis ini, dapat berupa: frekuensi absolut maupun relatif, ukuran pemusatan
data, ukuran lokasi data, ukuran penyimpangan data, ukuran distribusi, uji t,
analisis variansi, analisis regresi, dan pengukuran asimetrik (Symmetric
Measure) dengan menggunakan tabulasi silang.
Kualitas kesimpulan yang didapat terkait dengan beberapa hal seperti:
1) Validitas instrumen yang
digunakan (face validity, content
validity, construct validity, concurrent validity, predictive maupun postdictive validity).
2) Reliabilitas instrumen yang
digunakan (test-retest, alternate forms,
interitem atau internal
consistency, maupun interobserver).
3) Pemenuhan asumsi-asumsi
analisis data (distribusi, identhicity,
independency, equality of variance/homogeneity of variance, maupun linearity).
b.
Kualitatif
Analisis secara
kualitatif dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1) Pengumpulan Data.
2) Reduksi Data.
3) Display Data.
4) Penarikan Kesimpulan dan
Verifikasi.
Kegiatan verifikasi
terkait dengan validasi kesimpulan yang menurut Lincoln & Guba (1985) serta
Hoepfl (1997) secara naturalistik didapat dengan cara melakukan pemeriksaan
keabsahan data yang berkaitan dengan:
1) Kredibilitasnya (Credibility) dengan menggu-nakan teknik:
a) Perpanjangan kehadiran
peneliti di lapangan.
b) Observasi
diperdalam.
c) Triangulasi
(menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti, maupun teori).
d) Pembahasan kolaboratif
dengan kolega /teman sejawat, konsultan/pembimbing, maupun dengan pimpinan
sekolah.
e) Analisis kasus negatif.
f) Pelacakan kesesuaian hasil.
2) Kelayakan hasil
penelitian untuk dapat ditransfer ke
latar lain (transferability).
3) Ketergantungan
hasil penelitian pada konteksnya (dependability).
4) Dapat
tidaknya hasil penelitian dikon-firmasikan kepada sumbernya (confirm-ability)
– diperiksa oleh sumber datanya (member check).
Jika mengikuti
pendapat dari Anderson,
Herr, & Nihlen (1995), jaminan validitas kesimpulannya didasarkan pada
validasi proses (process validity),
validasi hasil (outcome validity),
validasi dialogik (dialogic validity),
validasi demokratik (democratic validity/consentual validity), maupun validasi
katalitik (catalytic validity).
Teknik analisis data yang dapat digunakan pada analisis kualitatif ini antara lain:
1) Analisis Domain,
2) Analisis Taksonomi,
3) Analisis Komponensial, dan
4) Analisis Tematik,
dengan menggunakan tools seperti:
1) Logika,
2) Etika,
3) Estetika, dan
4) Statistika untuk data
kualitatif,
dan gaya analitik sebagai berikut:
F.
Pembahasan Hasil/Temuan PTRK
Meskipun dua hal di
atas (display dan analisis data hasil
gathering dari planning, actuating, dan evaluating) juga merupakan bagian dari
proses refleksi, namun yang merupakan inti dari kegiatan refleksi adalah
pembahasan. Karena itu bagian ini
merupakan bagian yang urgen dan perlu mendapatkan porsi yang lebih besar dalam
suatu skripsi/laporan hasil PTRK. Seperti
argumen dari tindakan
yang dilakukan, kajian/tinjauan pustaka, maka bagian ini juga
yang membedakan antara PTRK dengan tindakan dalam pembelajaran standard.
Refleksi secara
ringkas dapat diartikan sebagai pengujian dan penilaian oleh diri sendiri (self examination & self evaluation) terhadap bukti (evidence) yang telah dikumpulkan.
Refleksi hendaknya dilakukan dengan pemikiran yang mendalam dan berhati-hati (deep & careful).
Pembahasan hasil PTRK
yang merupakan rangkaian proses refleksi, perlu memperhatikan hal-hal berikut
ini:
1. Hasil penelitian akan kurang bermakna bila tidak dilengkapi dengan
penjelasaan tentang bagaimana proses mencapainya.
2. Porsi penjelasan proses seharusnya lebih
banyak dari visualisasi data, analisis statistik, dan hasil otentik
lainnya. Oleh karena itu visualisasi,
analisis statistik, maupun hasil otentik yang bukan merupakan kunci (hasil yang
bersifat utama/pokok) sebaiknya dicantumkan pada lampiran saja.
G. Kesimpulan dan Saran PTRK
1. Kesimpulan
PTRK tentu saja harus:
a. Merupakan
jawaban/pemecahan masalah PTRK yang telah dipadukan dengan pembahasan – jawaban
terhadap masalah/sub masalah PTRK an sich, disebut dengan temuan
penelitian.
b. Hasil pengujian hipotesis tindakan yang juga telah dipadukan
dengan pembahasan.
Namun demikian kesimpulan yang
semata-mata hanya menampilkan hasil yang merupakan jawaban terhadap masalah dan
submasalah maupun pengujian hipotesis walau sudah dilengkapi berdasarkan
pembahasan – sebagaimana dalam penelitian formal – akan terasa kering dan
kurang bermakna. Dalam kaitannya dengan
hal ini, maka kesimpulan PTRK juga seharusnya mencantumkan prosesnya.
- Saran dalam PTRK harus bersifat kontekstual (terkait dengan materi yang diteliti) dan didasarkan atas pembahasan terhadap temuan penelitian. Dengan kata lain saran tidak bersifat umum, seperti:
a. Sebagai
masukan bagi lembaga untuk membuat
kebijakan.
b. Sebagai
bahan masukan bagi guru dalam memperbaiki proses belajar mengajarnya.
c. Sebagai
dasar bagi pihak perguruan tinggi dalam rangka mencetak lulusannya.
d.
Sebagai
bahan pemikiran bagi pembaca untuk melakukan penelitian lanjutan.
H. Daftar Pustaka
Daftar
pustaka mencerminkan justifikasi teoritis terhadap materi dan metodologi PTRK
yang digunakan. Hal tersebut berarti
juga memperlihatkan kemampuan peneliti (baik secara materi maupun metodologi
dalam melakukan penelitiannya). Oleh
karena itu sebaiknya daftar pustaka berisikan pustaka-pustaka yang:
1.
Jumlahnya
memadai.
2.
Berkaitan
dengan:
a. Materi yang diteliti, dan
b. Metodologi penelitian, khususnya PTRK.
3. Diacu pada
kutipan di laporan PTRK (termasuk skripsi).
4. Tahun
penerbitan sebaiknya tidak melebihi 8 tahun – sesuai teori siklus perubahan
sosial – kecuali untuk pustaka yang bersifat fundamental dan memiliki materi
yang relatif bersifat ajeg.
DOWNLOAD file-file lengkap PTRK dalam bentuk e-book dengan meng-click link berikut:
http://www.ziddu.com/download/19009813/PenelitianTindakandiRuanganKelasPTRK.pdf.html
DOWNLOAD file-file lengkap PTRK dalam bentuk e-book dengan meng-click link berikut:
http://www.ziddu.com/download/19009813/PenelitianTindakandiRuanganKelasPTRK.pdf.html
0 komentar:
Posting Komentar