A.
Pendahuluan
Meskipun
rangkaian tulisan ini disusun dalam rangka memberikan suatu “Petunjuk
Praktis” mengenai pelaksanaan penyusunan karya tulis ilmiah sebagai
hasil Penelitian Tindakan di Ruangan Kelas (PTRK), namun dirasakan perlu
untuk memberikan pengetahuan tentang PTRK itu sendiri. Walaupun
demikian, karena tujuan disusunnya rangkaian tulisan ini bukan sebagai
referensi teoritik, maka pengetahuan yang disampaikan hanyalah bersifat
kerangka saja, sebagai suatu pengantar (Brief Introduction).
B. Penelitian Tindakan (PT) dan Positivisme
1.
PT
PT
dikembangkan secara gradual oleh
beberapa
tokoh antara lain:
a.
Bapak Penelitian Tindakan khususnya
dalam bidang Psikologi Sosial dan Pendidikan: KURT LEVIN (1947)
b.
1950-an: Stephen Corey & Hilda Taba
c.
1960-an: Interest Wanes
d.
1970-an: Lawrence Stenhouse
e.
1980-an: Jean McNiff, Nixon, Grundy, Carr, Kemis, Taggart,
& Ebbut
f.
1990-an: Carl Glickman, Elliot, Hopkins, Emily Calhoun, &
McClean
g.
2000-an: Osterman & Kottkamp.
Beberapa pengertian PT menurut beberapa
ahli di atas adalah:
a. Suatu bentuk
inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi tertentu
(Kemmis, 1983).
b. Kajian dari
sebuah situasi dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi
tersebut (Elliot, 1991).
c. Penelitian
yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu
tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau usaha untuk memahami apa
yang terjadi, sambil “terlibat” dalam upaya perubahan dan perbaikannya (Hopkins, 1993).
2.
Positivisme
Perkembangan PT telah merambah banyak
bidang dengan berbagai paradigma, baik kuantitatif, kualitatif, maupun
gabungannya, sehingga sekarang dikenal istilah “Family of Action Research
Approaches” (FARA) yang “Not
exclusively owned by one traditiom” (Reason & Bradbury) dan merupakan Pluralism Methodology
(Enderud).
Oleh karena
banyaknya ragam PT, maka pada buku ini penulis membatasi diri hanya pada
paradigma positivistik saja. Meskipun
paradigma ini paling popular, namun penggunaan paradigma lain dengan dasar Epystemology,
Ontology, dan Axiology yang berbeda tentu juga bagus untuk
dilakukan.
Paradigma
positivistik yang digunakan termasuk Logic Postivism (Kuantitatif)
maupun Modern Positivism (Kuantitatif/Kualitatif). Paradigma
ini didasarkan pada pandangan secara:
a.
Ontologi (Ontology),
bahwa:
1)
Realitas
dapat dieliminasi dari objek lain.
2)
Realitas dapat dipelajari secara independen.
3)
Realitas
dapat dipilah-pilah.
4)
Realitas
dapat dikontrol.
b. Epistemologi (Epistemology)yang:
1) Bersifat
Objektif.
2) Menyusun
bangunan ilmu nomothetic (dapat dibuat dari suatu generalisasi).
3) Menggunakan
teori kebenaran ishomorphic (umunya berdasarkan kausalitas dan
korespondensi)
c. Aksiologi (Axiology)yang: Values free.
C. Beberapa Jenis PT
Banyak sudut tinjauan untuk mengklasifikasikan jenis-jenis PT,
diantaranya adalah:
1.
Berdasarkan Paradigma
Paradigma yang
dapat dikembangkan sebagai “dasar filosofis” PT ada berbagai macam, salah
satunya adalah positivistik sebagaimana yang dipaparkan pada poin B.2. di
atas. Secara umum paradigma yang dapat
digunakan itu, adalah:
a. Paradigma
Positivistik
1) Positivisme
Logik (Kuantitatif).
2)
Positivisme Modern.
b. Paradigma Post
Positivistik
1) Post
Positivistik Rasionalistik.
2) Post Positivistik Phenomenologik Interpretif Logik dan Etik seperti:
a) Model
Interpretif Geertz.
b) Model Grounded Theory Glasser dan Strauss.
c) Model Ethnometodology Garfinkel
dan Bogdan.
d) Model Naturalistik Guba.
e) Model
Interaksi Simbolik Blumer.
f) Model
Konstruktivistik Goodman.
3) Post Positivistik dengan Teori Kritis dan Weltanschauung.
a) Teori Kritis Freirian dan Habermasian.
b) Praxis as
Research.
c) Teori
Kritis Studi Sosiologi.
d) Teori
Kritis Studi Hukum.
e) Teori
Kritis Studi Pendidikan.
f) Realisme
Metafisik.
4)
Pragmatisme Meta Etik
a) Pragmatisme
Richard Rorty.
b) Applied Ethics.
c. Paradigme Post
Modern (Dekonstruksi)
1) Post
Strukturalis Derrida.
2)
Post Modernisme Lyotard.
3)
Post Paradigmatik Jokowski.
2.
Berdasarkan Pendekatan Metodologis
a. Quantitative Action Research, yaitu PT yang
berbasiskan paradigma Positivistik dan Post Positivistik Rasionalistik, dimana
data yang dikumpulkan dan dianalisis berupa data kuantitatif (berupa angka) atau
data kualitatif yang kemudian dikuantifikasi baik dengan Coding untuk
data kualitatif kategorik nominal maupun Scoring untuk data kualitatif
kategorik ordinal. Data kuantitatif itu
kemudian diana-lisis secara matematik/statistik. Ciri utama pendekatan ini adalah:
1) Desain definitif.
2)
Pengumpulan data
terstruktur.
3)
Data dianalisis secara
matematik/statistik.
b. Qualitative Action Research, yaitu PT yang
berbasiskan paradigma Positivistik, Post Positivistik, maupun Post Modern,
dimana data yang dikumpulkan dan dianalisis berupa data kualitatif (tidak
berupa angka) atau data kuantitatif yang dimaknai secara kualitatif, dan
dianalisis tidak menggunakan formula mate-matika/statistika. Ciri utama pendekatan ini adalah:
1) Desain tentatif.
2) Pengumpulan data tak
terstruktur, natural, dan mendalam.
3) Data dianalisis tidak
secara matematik/ statistik dan lebih memperhatikan pencarian makna.
c. Mixed Approach
Action Research.
Pendekatan ini memiliki beberapa varian sesuai
sudut pandangnya. Beberapa varian
dimaksud adalah:
1) Dipandang secara integratif
a) Menekankan hanya pada
data dan analisisnya, dimana pada suatu PTK terdapat data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatifnya
dianalisis secara matematik/statistik sedangkan data kualitatifnya dianalisis
berdasarkan pemaknaan.
b)
Sebagai keseluruhan
seperti:
- Desain defenitif,
pengumpulan data tak terstruktur, tetapi dianalisis secara matematik/statistik.
- Desain defenitif, pengumpulan data terstruktur, tetapi dianalisis
tidak secara matematik/statistik.
-
Desain defenitif, pengumpulan data tak terstruktur, dan dianalisis tidak secara
matematik/statistik.
- Desain tentatif, pengumpulan data terstruktur, tetapi dianalisis
tidak secara matematik/statistik.
- Desain tentatif, pengumpulan
data tak terstruktur, tetapi analisis dilakukan secara matematik/statistik.
- Desain tentatif, pengumpulan
data terstruktur, dan dianalisis secara matematik/statistik.
2) Dipandang secara kombinatif
a) Desain, pengumpulan
data, dan analisis dilakukan secara kuantitatif, kemudian hasilnya diverifikasi
secara kualitatif.
b) Desain, pengumpulan data, dan analisis dilakukan secara
kualitatif, kemudian hasilnya diverifikasi secara kuantitatif.
3.
Berdasarkan Pendekatan Bidang Ilmu
a. Educational Action Research
PT dalam bidang pendidikan dipelopori antara lain
oleh: Eikeland, Gaventa, Hall, Kemis, Maguire, Martin, Pyrch, Zeichner, dan Lewis.
b. Psychological Action Research
PT dalam bidang psikologi dipelopori antara lain
oleh: Kelly, Morgan, Mock, dan Rowan.
c. Social Action Research
PT dalam bidang sosial dipelopori antara lain oleh: Borda,
Levin, Lewis, Park, dan Baldwin.
d. Arts Action Research
PT dalam bidang seni dipelopori antara lain oleh Lykes.
e. Cultural Action Research
PT dalam bidang kebudayaan dipelopori antara lain
oleh Swatz dan Gordon.
f. Linguistic Action Research
PT dalam bidang bahasa dipelopori antara lain oleh Treleaven.
g. Law Action Research
PT dalam bidang hukum dipelopori antara lain oleh Gustavsen.
h. Management Action Research
PT dalam bidang manjemen dipelopori antara lain
oleh: Barret, Bhatt, Bravette, Chisholm, Coghlan, Cooperrider, Flood, Marshall, Reason,
Rudolph, Scharmer, Senge, Tandon, Taylor,
dan Torbert.
i.
Adminitration
Action Research
PT dalam bidang administrasi dipelopori antara lain
oleh Bell dan Lincoln.
j.
Nursing Action
Research
PT dalam bidang perawatan dipelopori antara lain
oleh Barret dan Hills.
k. Ecologycal Action Research
PT dalam bidang lingkungan dipelopori antara lain
oleh Burguete.
l.
Agricultural
Action Research
PT dalam bidang pertanian dipelopori antara lain
oleh Ndedya.
m. Fisheries Action Research
PT dalam bidang perikanan dipelopori antara lain
oleh Masaiganah, dll.
4.
Berdasarkan Lokasi Penelitian
a. Classroom Action Research, yaitu PT yang
tempat pelaksanaannya adalah di ruangan kelas.
b. Library Action Research, yaitu
PT yang tempat pelaksanaannya adalah di perpustakaan.
c.
Laboratory Action
Research, yaitu PT yang
tempat pelaksanaannya adalah di laboratorium.
d. Clinical/Hospitality Action Research, yaitu PT yang
tempat pelaksanaannya adalah di klinik atau rumah sakit.
e. Community Action Research, yaitu PT yang
tempat pelaksanaannya adalah di masyarakat.
Catatan:
Kuliah Kerja Lapangan KKL – setelah “Reformasi”, istilah KKN identik dengan
akronim “Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme” yang memiliki kesan negatif, sehingga
kegiatan ini kemudian diberi nama Kuliah Kerja Lapangan (KKL) – yang dikembangkan pada komunitas masyarakat
pedesaan (rural community) oleh Universitas
Muhammadiyah Pontianak (UMP) yang dikaitkan dengan penyusunan Karya Tulis Akhir
Studi (KTAS) pada akhir tahun 1990-an hingga saat ini – sudah lebih dari 1
dasawarsa – pada dasarnya berupaya menerapkan Community Action Research. Hal ini
dilakukan mengingat bahwa:
1) Kegiatan yang dulunya bernama Kuliah Kerja
Nyata (KKN), kebanyakan bersifat formalitas dan sudah mulai kurang mendapatkan tanggapan
antusias dari masyarakat karenanya kegiatan hanya diisi dengan kerja bakti,
membuat papan nama, ceramah, dan sejenisnya.
Kegiatanya kurang mengembangkan kreativitas mahasiswa karena lokasi
sudah ditentukan, jumlah anggota kelompok yang disetarakan, dana telah
disiapkan, begitu juga dengan berbagai sarana lainnya. Mahasiswa hanya melakukan kegiatan sesuai
dengan kondisi yang ada di lokasi dan alokasi sumber daya yang telah
ditetapkan. Hal ini kurang memperdulikan
apakah setiap kelompok berada di lokasi yang signifikan untuk mereka atasi
masalah sesuai bidang ilmunya?, apakah masalah yang diatasi oleh setiap
kelompok memerlukan alokasi jumlah mahsiswa dan dana yang sama?
2) Mata kuliah Skripsi dan KKL yang sama-sama
ditempatkan di semester VIII membuat kegiatan penyusunan skripsi menjadi
terabaikan, karena pada umumnya mahasiswa tidak mampu memanfaatkan waktu KKL
untuk menyusun skripsi. Akibatnya
skripsi baru digarap setelah mahasiswa selesai KKL dan seringkali harus
berlanjut ke semester berikutnya.
Karena
itu KKL dilaksanakan dengan cara mahasiswa menemukan sendiri masalah di
masyarakat – sehingga lokasi KKL pada dasarnya ditentukan oleh mahasiswa – baik
dengan teknik Participatory Rural
Appraisal (PRA) atau Rapid Rural
Appraisal (RRA), melibatkan masyarakat untuk menentukan solusi yang
diharapkan – karena itu kegiatan ini termasuk Participatory Action Research
–, lalu mahasiswa membentuk kelompok sendiri secara inter-disipliner
(lintas jurusan dan lintas fakultas yang ada yaitu FP, FT, FE, FAI, FIKES, dan
FKIP) – Fisheries Action Research, Technical Action Research, Economical
Action Research, dan Educational Action Research – kemudian menyusun
proposal untuk mengatasi masalah.
Panitia
kemudian menilai kelayakan masalah berkaitan dengan signifikansinya serta
sumber daya yang diperlukan. Jika
masalah dinilai signifikan untuk diatasi, kemudian baru dinilai apakah sumber
daya yang diperlukan kelebihan atau kurang.
Jika masalah tak signifikan/sumber daya tak sesuai, mahasiswa diminta
melakukan revisi, termasuk upaya yang akan mereka tempuh jika dana yang dibantu
oleh UMP tidak memenuhi semua kebutuhan. Sedangkan jika kesemuanya dinilai
layak, maka panitia menyetujui proposal untuk dilaksanakan dengan memberikan
saran, mengalokasikan dana, memberikan pembekalan, serta menen-tukan dosen
pembimbingnya.
Laporan
pelaksanaan KKL secara kelompok (khususnya untuk mahasiswa FT) kemudian dapat
diadaptasi menjadi Laporan Tugas Akhir (istilah skripsi yang dikerjakan secara
kelompok oleh mahasiswa FT). Sedangkan penanganan
masalah secara individual, laporannya dapat diadaptasi menjadi Skripsi.
f. Organizational Action Research, yaitu PT yang tempat pelaksanaannya
adalah di suatu organisasi tertentu, dll.
5.
Berdasarkan Keterlibatan Person yang Mengalami
Masalah
a. Participatory Action Research, dimana peneliti melibatkan person yang mengalami masalah untuk
mengatasi masalah mereka bersama-sama.
b. Non Participatory Action Research, dimana peneliti tidak melibatkan person yang mengalami masalah untuk
mengatasi masalah mereka.
6.
Berdasarkan Kerjasama
a. Collaborative
Action Research, dimana
peneliti dalam mengatasi masalah bekerja sama dengan pihak lain baik berupa
lembaga maupun perseorangan seperti: Konsultan, Pembimbing, Pengarah, Pengamat,
dan lain-lain.
b. Non Collaborative Action Research (Individual Action Research), dimana peneliti dalam mengatasi masalah
tidak bekerja sama dengan pihak lain baik berupa lembaga maupun perseorangan
seperti, Konsultan, Pembimbing, Pengarah, Pengamat, dan lain-lain.
7.
Berdasarkan Penggunaan Teori
a. Theory Driven
Action Research, dimana
masalah penelitian ditemukan dengan mengkonfron-tasikan teori dengan realitas
yang ada, penelitian dilakukan berlandaskan pada teori yang dikonstruk sedemikian rupa, dan hasilnya
bersifat memverifikasi teori.
b. Data Driven
Action Research, dimana
masalah penelitian ditemukan dengan mengkonfron-tasikan harapan dengan realitas
yang ada, penelitian dilakukan berlandaskan pada data yang telah terkumpul maupun konsep
kreatif peneliti – karena tidak ada teori yang spesifik untuk masalah yang
dihadapi/solusi yang akan diterapkan – yang hasilnya bersifat menemukan teori.
DOWNLOAD File Lengkap PTRK dalam bentuk e-book dengan meng-click link berikut:
http://www.ziddu.com/download/19009813/PenelitianTindakandiRuanganKelasPTRK.pdf.html
DOWNLOAD File Lengkap PTRK dalam bentuk e-book dengan meng-click link berikut:
http://www.ziddu.com/download/19009813/PenelitianTindakandiRuanganKelasPTRK.pdf.html
0 komentar:
Posting Komentar